Sejarah Desa
Sejarah Desa
Timbulsloko merupakan desa yang gemah ripah ijo royo – royo. Penyebutan Desa Timbulsloko merupakan Desa yang terdiri dari banyaknya selokan yang mengelilingan perkampungan, sehingga disebut Timbulsloko yang terdiri dari 4 dukuh yaitu dukuh Timbulsloko, dukuh Bogorame, dukuh Wonorejopasir dan dukuh Karanggeneng. Pada era penjajahan Desa Timbulsloko mengalami kacau balau terutama dibidang permerintahannya, saat itu pemerintahan masih menggunakan system kawedanan yaitu pemerintahan yang menunjuk kepala desa melalui ndoro seten/ camat. Saat itu pemerintahan Desa Timbulsloko yang ditunjuk sebagai lurah yang merupakan sesepuh yang sangat kaya raya dan pemberani yaitu Mbah Mat Rofi’i (1938 M). Desa Timbulsloko menjadi Desa yang sangat Makmur dari hasil pertanian dan laut, seiring perjalanan waktu Desa Timbulsloko mengalami kerasahan karena banyak antek-antek Belanda Yang meminta upeti kepada rakyat, sehingga Sebagian masyarakat mengungsi kedaerah Semarang tepatnya di Ngilir Terboyo. Tetapi lurah Timbulsloko waktu itu tak gentar memperjuangkan rakyatnya, setelah tahun 1944 ada yang Namanya PEPEKOMIL terdiri dari penjajah Jepang kurag lebih menjajah umurnya seumuran jagung ¾ bulan. Setelah merdeka Timbulsloko mengalami kemajuan sehingga Timbulsloko menjadi Desa murah pangan, pasca meninggalnya Mbah Mat Rofi’i Desa Timbulsloko mengalami kekosongan pemerintahan, sehingga diisi oleh pemerintah Desa Gemulak. Selanjutnya, setelah di pimpin oleh lurah Gemulak baru diadakan penunjukan lurah di Desa Timbulsloko yang ditunjuk ialah bapak Muhtubi karena bapak Muhtubi terlibat G30s Timbulsloko mengalami kekosongan Kembali dan bapak Zaini dari dukuh Bogorae mengajukan diri sebagai kartiker/wakil lurah selama 1,5 tahun dan Timbulsloko masih tetap makmur. Pada tahun 1970 pertama kalinya Desa Timbulsloko mengadakan pencalonan kepala Desa/ lurah, ada 3 kandidat pencalon karena dulu pencalon tidak menggunakan gambar diri seperti saat ini, namun dulu menggunakan gambar seperti tanaman, rumahrumah, hewan-hewan, dll. Saat itu 3 kandidat tersebut pertama bapak Mat Rokim menggunakan gambar luku, kedua bapak Carik Matamin menggunakan gambar rumah, ketiga bapak Mat Sareh menggunakan gambar kurungan. Dan pemilihan tersebut di menangkan oleh bapak Mat Sareh dari 10 bogorame. Satu tahun kemudian kepala Desa Timbulsloko membangun sungai yang saat ini dinamakan sungai kali anyar, setelah berjalannya waktu Desa Timbulsloko mengalami penurunan dari hasil sawah dikarenakan masyarakat mulai memilih memmbuat tambak, sehingga air laut mulai masuk perlahan-lahan. Pada tahun 1995 bibir pantai mengalami abrasi karena gelombang laut semakin besar, saat itu belum ada tanaman mangrove seperti saat ini. Di era kepimpinan bapak Rusdi dari dukuh Karanggeneng mulai ada penanaman mangrove dan pada tahun 1997 air pasang mulai masuk ke perkampungan. Tahun 2005 abrasi mulai mengikis pantai dan membuat banyak lahan pertambakan hilang. Pada tahun 2010 Desa Timbulsloko mengalami kerusakan yang sangat fatal karena abrasi sampai saat ini Desa Timbulsloko tidak bisa di atasi, banyak yang berubah mulai dari rumah-rumah mulai tenggelam dan akses jalan banyak yang terputus, masyarakat banyak yang pindah.